Novel non-fiksi ini adalah karya perdana
Hanum Salsabiela Rais, putra kedua dari tokoh reformasi, Amien Rais. Hanum
menulis buku ini sebagai hadiah untuk sang ayah setelah sebelumnya pada ulang
tahunnya, Hanum mendapat kejutan dari sang ayah. Lantas, ia berfikir bagaimana
caranya untuk balas memberikan hadiah yang istimewa untuk ayahnya. Terlepas
dari siapa ayah Hanum, pun seandainya ia bukanlah Amien Rais, Hanum berujar
bahwa ia mencintai ayahnya apa adanya.
Karya
Hanum ini bercerita tentang bagaimana kehidupan seorang Amien Rais sebagai
seorang ayah, tokoh masyarakat, dan tokoh reformasi. Semuanya diceritakan Hanum
secara gamblang dari sudut pandang seorang anak. Buku ini murni persembahan
Hanum untuk ayah tercinta. Tidak ada tujuan apapun, tidak untuk menarik simpati
masyarakat, tidak pula untuk meluruskan apapun yang mungkin selama ini bengkok.
Hanum menceritakan sebenar-benarnya Amien Rais, ayahnya, bukan sebenar-benarnya
Amien Rais, tokoh reformasi.
Buku
ini mengupas sisi manusiawi Amien Rais. Bagaimana ia menjalani kehidupannya,
mendidik putra-putrinya, mengabdi pada orang tuanya, dan menghamba pada
Tuhannya. Selain itu, Hanum juga menceritakan apa yang terjadi di balik reformasi
yang melibatkan ayahnya secara obyektif. Hanum juga menuliskan
obrolan-obrolannya dengan sang ayah yang seringkali memuat pesan yang sangat
besar. Tindakan-tindakan sang ayah pun tidak luput diceritakan Hanum untuk
memotivasi para pembaca. Banyak sekali pesan moral yang bisa pembaca ambil dari
kisah Hanum tentang sang ayah ini.
“Dalam suatu
kesempatan Bapak pernah berkata,”Saya hanya takut kepada Allah SWT dan ibu
saya, kalau dengan yang lain saya merasa biasa saja.” Begitulah Bapak. Dengan
segala atribut keberanian yang melekat pada dirinya, dia tetap merasa kecil dan
tak berdaya di hadapan Tuhan.”
Itulah
sepenggal kalimat yang terdapat dalam karya Hanum. Banyak sekali
petikan-petikan perkataan Amien Rais yang bisa kita ambil hikmahnya dari novel
ini. Hanum menuliskannya dalam kalimat-kalimat yang ringan dan mudah dipahami
sehingga pembaca akan terus membaca dan tidak merasa bosan. Novel ini dibagi
menjadi 5 bagian, yaitu Keluarga, Melangkah Dipaksa Sejarah, Menembus Batas,
Titik Nol, dan Magnum Opus. Dari tiap
bagian tersebut masih dibagi dalam subjudul-subjudul yang relevan. Semuanya
terangkai cantik dan mengalir dengan indah sehingga dapat mengantarkan pembaca
untuk seolah-olah menjadi bagian dari peristiwa-peristiwa yang diceritakan
Hanum dalam novelnya.
Diharapkan
setelah membaca novel ini, pembaca dapat lebih mengetahui sejarah reformasi
bangsa kita, apa yang melatarbelakanginya, apa yang sebenarnya terjadi di balik
layar, dan bagaimana hal itu bisa terjadi. Bukan untuk membenarkan yang salah,
tapi untuk membentuk pemahaman sejarah yang lebih baik. Selamat membaca.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar