Rabu, 18 Juli 2012

INI JALANKU, MANA JALANMU?


Setiap orang memiliki jalannya sendiri. Mungkin memang ada beberapa yang tidak sengaja memilih jalan yang sekarang ini ia tapaki. Tetapi, tidak jarang juga yang menapaki jalan yang ia pilih sendiri. Ada yang menapaki jalan lurus tanpa hambatan, ada juga yang menapaki jalan terjal berliku dengan banyak hambatan menghadang. Ada yang sedang berjalan saat musim semi, musim panas, musim gugur, maupun musim dingin. Semuanya dengan kisahnya masing-masing, namun hanya satu hal yang pasti, musim semi tidak akan datang sebelum musim dingin berakhir.

            “Kehidupan ini ibarat jalan satu arah. Seberapa banyak pun perubahan rute yang Anda tempuh, tidak satupun akan membawa Anda kembali. Begitu Anda mengetahui dan menerima hal itu, kehidupan akan tampak menjadi jauh lebih sederhana.” (Isabel Moore)
            Ya, seperti itulah kehidupan. Terkadang begitu mudah memahaminya, tetapi tak jarang juga sulit memahami bagaimana gambaran kehidupan kita kelak. Setiap kali kita dituntut untuk memilih salah satu jalan yang tidak kita ketahui di mana ujungnya. Rute-rute panjang seringkali kita lewati tanpa kita tahu ke mana rute itu akan membawa kita. Rute terpanjang dan tersulit belum tentu akan membawa kita ke tujuan yang termanis. Begitu pun dengan rute yang terpendek dan termudah juga belum tentu akan membawa kita ke tujuan yang terburuk. Terkadang dengan melewati jalan yang mudah kita bisa mencapai hasil yang besar. Namun, tidak sedikit pula saat kita melewati jalan penuh rintangan dan hasil yang kita capai tidak sebesar yang kita harapkan.
            Hidup memang penuh pilihan, seperti banyaknya jalan di perkotaan. Banyak percabangan jalan, banyak pula jalan bebas hambatan. Tinggal kita memilih ingin melewati jalan yang mana. Orang yang optimis pasti selalu berani memilih jalan yang banyak dihindari oleh orang lain. Tidak peduli seberapa sulitnya jalan itu, seorang yang optimis pasti akan berusaha menghadapi setiap hambatan yang menghadang pada jalan yang dipilihnya. Mereka percaya bahwa tantanganlah yang akan mendewasakan mereka dan jika mereka dapat melalui tantangan tersebut, maka mereka akan mendapatkan pengalaman yang berharga yang bisa mereka gunakan untuk menghadapi tantangan berikutnya. Seorang yang optimis selalu akan berani untuk melangkah, berbeda dengan seorang pesimis yang selalu takut untuk memulai langkah baru. Seorang yang optimis tidak pernah takut gagal karena dia akan berusaha sebaik mungkin untuk menghindari kegagalan, namun kalaupun akhirnya dia gagal, kegagalan itu akan dianggapnya sebagai keberhasilan yang tertunda dan pembelajaran agar tidak jatuh di lubang yang sama ke depannya.
            “Kemenangan kita yang paling besar bukanlah karena kita tidak pernah jatuh, melainkan karena kita bangkit setiap kali kita jatuh.” (Confunus)
            Jangan pernah takut untuk melangkah. Kalaupun di langkah yang pertama ini kita belum dapat mencapai target kita, masih ada langkah kedua, ketiga, dan seterusnya. Ingatlah bahwa Thomas Alva Edison pun harus gagal berkali-kali sebelum akhirnya dapat menemukan bohlam lampu. Jangan pernah menyerah saat mengalami kegagalan karena kita tidak pernah tahu seberapa dekat keberhasilan kita saat itu. Bisa jadi keberhasilan kita berada tepat di belakang kegagalan itu. Hanya saja kita kurang sabar untuk menanti datangnya keberhasilan itu. Ingat, kegagalan hanyalah keberhasilan yang tertunda, dia hanya numpang lewat saja di kehidupan kita. Kegagalan-kegagalan yang pernah menghampiri kita akan menguatkan jiwa kita. Kegagalan itulah yang nantinya akan menjadi pengalaman yang paling berharga karena kegagalan merupakan ujian bagi seberapa besar kesungguhan dan keyakinan kita untuk berhasil. Ujian-ujian kegagalan tersebut yang akan memperbesar keyakinan kita akan kekuatan Allah SWT. Seperti Socrates pernah berkata, “Unexamined life is not worth living.” Kehidupan tanpa ujian adalah kehidupan yang tak layak untuk dihidupi. Hanya ujian-ujian yang diberikan Allah SWT  kepada kita yang menunjukkan seberapa besar tekad kita untuk berhasil.
            Apa yang harus kita lakukan saat kita gagal? Berhenti sejenak dan berfikir,”Bagian manakah yang salah saya kerjakan sehingga menghasilkan kegagalan ini?” Lalu, perbaiki dan mulai lagi dengan lebih hati-hati menghindari kesalahan yang telah dilakukan sebelumnya. Jangan pernah mengutuki diri sendiri akibat kegagalan yang terjadi. Jangan pula menumbuhkan sifat iri dan dengki setiap kali melihat teman-teman kita yang sudah sukses mendahului kita. Lihatlah pula ke bawah, jangan selalu memandang ke atas. Dengan sesekali memandang ke bawah, kita akan lebih mensyukuri nikmat yang telah diberikan Allah kepada kita. Kegagalan yang terjadi itupun suatu nikmat dari Allah agar nantinya kita dapat bangkit lagi dengan kekuatan yang lebih besar. Ingatlah perkataan Mario Teguh bahwa satu-satunya jalan untuk membalas kekalahan kita dari orang lain adalah SUKSES.
            Nah, bagaimana kita dapat meraih kesuksesan itu? Ya, tentunya dengan memilih jalan yang benar meskipun berliku dan dengan terus ihtiar dan tawakal kepada Allah. Jangan pernah memilih jalan-jalan singkat untuk mencapai target yang diinginkan karena biasanya yang cepat naik itulah yang nantinya juga cepat turun. Berusahalah sekuat tenaga dan kemampuan dalam menapaki setiap jengkal jalan yang telah kita pilih. Hindari godaan-godaan untuk berpaling pada hal lain yang dapat membuyarkan tujuan akhir kita. Hindari juga kemalasan yang seringkali membunuh jiwa pejuang kita. Seperti yang dikatakan oleh Ibnu al-Jauzi,
            “Kemalasan untuk mendapatkan kemuliaan merupakan teman yang paling jelek. Cinta kepada istirahat dapat menyebabkan penyesalan yang melenyapkan segala kelezatan. Oleh karena itu, sesalilah kesia-siaan yang telah kamu lakukan dan bersungguh-sungguhlah menggapai kesempurnaan selama kamu masih memiliki waktu. Ingatlah saat-saat kamu kehilangan waktu dan cukuplah itu sebagai pelajaran. Pada saat itu, manisnya kemalasan hilang dan kemuliaan dunia sirna. Terkadang cita-cita itu melemah, tetapi jika digerakkan, dia akan berjalan lagi. Tidaklah semangat itu berhenti kecuali karena kerendahannya. Oleh karena itu, jika cita-citamu meninggi, maka janganlah puas dengan sesuatu yang rendah.”
            Begitulah, setiap kali kita gagal, ingatlah untuk bangkit lagi. Setiap kali kita melewati jalan yang salah, jangan lupa untuk mencari persimpangan yang dapat mengantarkan kita pada jalan yang benar untuk menggapai cita-cita. Setiap rute yang telah kita lalui, di kanan kirinya akan kita temui berbagai rupa manusia dan kejadian, jadikan itu sebagai pengalaman dan pembelajaran yang dapat membentuk kita sebagai pribadi yang lebih baik, yang bisa membedakan mana yang baik dan yang buruk, serta dapat memompa semangat kita yang seringkali redup untuk fokus pada tujuan demi menggapai ridho Allah SWT. Percayalah pada Allah, Tuhan kita, percaya bahwa disetiap ujian dariNya terselip hikmah besar yang akan membesarkan hati kita dan membentuk jiwa kita sebagai hambaNya yang tahan akan badai kehidupan yang sering menerpa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar