Selasa, 23 April 2013

Why I am Special


Everybody was born with their own specialities. We have our own characteristic which is different from others. Someone might born to be a singer, writer, actor, scientist, athlete, lawyer, president, and so on. Every new born baby do not know what the fate is waiting for them in the future. They only know how to cry, how to sleep, and how to be loved by their parents. But, do you know that they also have one or more gift which is given by God. Every new born baby have their own special gift. One’s will be different from another.
           As I said before that we have our own characteristic, I also have my own. Fortunately, I was born as my parents daughter. I was born in heterogen society. Hence, I can learn how to appreciate others from my society. Heterogen society will teach us how to accept any differentiations instead to fight that. In my heterogen society, I have to learn how to acknowledge everybody’s specialities.
            I am special because of my acceptance. I accept all of my fate. I do not deny every God’s plans for me. I live my life with no regret in every single decision that I made. I think we have to accept and be thankful for our destiny with no exception. Hence, we can live with happiness around us. I agree with opinion saying that the more we feel thankful the more we get happiness.
            I am also special because I serve my life well. I am a hardworker, so I think my life is too priceless to be wasted away. I thank for every single day that I passed. I live my daily life with strong willingness to be a better person. From my point of view, I believe that we have to have willingness to make up our desires to grow up better. The more we learn from the past the more we know how to step to the future. So, we are special because of our ability to grow a day older and better in the objective to be the God’s dearest creation.

I Love My Friends :D

 

Just like today.. I found myself crying.. I felt so worry. And I didn't know somehow I felt really scared..
But, they were there. They encouraged me.. They hold my hand tight..
They called friends..
 

 And I think that I finnaly met the so called perfect friends..

Wear different shoe's size.. Different shoe's models, and different favorite shoe's colour.. But we are friends.. We encourage and support each other.. We love to be friends for one another.. We are FRIENDS.. No matter what differences may separate our personality.. We just are FRIENDS..
And I feel great today.. I fall asleep smiling.. I dream well..Just because I want to.. To memorize what my friends did several hours ago.. Simple, but meaningful.. :D

THANK YOU ALL A LOT... :D

Senin, 15 April 2013

Malam




Malam bukanlah sebuah keadaan yang pantas untuk kita takuti. Bukan juga sebuah kata yang identik dengan gelap, sepi, dan sunyi.
Malam adalah saat di mana perenungan diterima. Isakan tangis dimaklumi. Dan kesalahan diperbaiki.
Malam-malam yang dilewati oleh setiap anak manusia menunjukkan betapa mereka percaya akan datangnya pagi. Ya, kepercayaan akan datangnya pagi setelah malam-malam panjang itulah yang sebenarnya menjadikan kita berani untuk tetap menembus malam.

Malam bukan melulu tentang malam. Ia juga sering bercerita tentang bintang-bintang, rembulan, bahkan terkadang rintik hujan. Malam juga akan membalut manusia dengan kenyamanan. Dengan selimut kasih sayang. Membiarkan mata-mata lelah tertutup untuk merangkai mimpi kembali. Untuk kemudian mewujudkannya setelah pagi.
Ya, malam memang indah.
Keluarlah, dan tengok ada apa di langit malammu..

Minggu, 14 April 2013

Wahai hujan..



Bukan hujan namanya kalau sekedar menimbulkan angin tanpa tetes air.. Bukan hujan namanya kalau hanya menimbulkan sendu.. Bukan pula hujan namanya kalau hanya memercikkan sedikit kebahagiaan..
Mungkin di suatu sudut di dunia ini, hujan dianggap sebagai bencana yang dapat menimbulkan banjir, tanah longsor, atau apapun yang merugikan. Namun, di sudut lain dunia, hujan dianggap sebagai oase kehidupan yang telah lama kering.
Hujan istimewa karena bisa menyamarkan rasa.. Hujan bisa menghapus duka, mendatangkan asa, menimbulkan luka. Hujan dengan segala keunikannya berhasil memberikan persepsi berbeda pada tiap insan di dunia.
Hujan bukanlah sesuatu yang pantas untuk dikutuk, di ratapi, apalagi disesali.. Tahukah kamu bahwa aku akan menganjurkanmu untuk menangis di kala hujan. Tahukah kamu?? Hujan begitu hebat dalam menyembunyikan ratapan kita, lelehan air mata kita, dan isakan tangis kita.. Hujan begitu hebatnya dalam menyimpan setiap cerita kita..
Berdirilah di bawah hujan, dan kamu akan merasakan begitu hebatnya kemampuan hujan untuk menggenggam hatimu..
Lepaskan, ikhlaskan semua bebanmu seperti rintik hujan yang dengan ikhlas membasuh bumi.. Jadikan hujan sebagai temanmu, teman yang bisa mendengarkanmu, selalu..
Namun, mungkin terkadang hujan akan mempermainkan kenyamananmu, seperti yang lain juga mempermainkanmu. Hujan seringkali terhenti tepat di batas kenyamananmu. Tapi, itulah cara hujan untuk mengajarimu berdiri kembali. Dia takkan merelakanmu terbuai dalam kenyamanan yang semu. Mungkin begitu juga dengan yang biasa meninggalkanmu di batas kenyamanan. Tuhan pasti mengirimnya untuk mengajarimu bagaimana cara berdiri di atas kedua kakimu sendiri.
Maka, berterimakasihlah pada hujan. Berterima kasih pula padanya, dan juga padaNya.. Biarkan hujan yang akan menyampaikan setiap rasa, seiring dengan rintiknya yang terasa sendu membasahi bumi..
Dan janganlah kamu lupa bahwa indahnya pelangi hanya akan dapat dinikmati setelang kita dengan sabar menunggu redanya hujan.. :D
Wahai hujan, bersama rintikmu ku lepaskan semua.. Bawalah pergi jauh ke tempat kamu bermuara.. :D

Sabtu, 13 April 2013

Pemikiran di Tengah Malam, Saat Hati Terbuka dan Mata Terjaga


Tidak tahu kenapa, tiba-tiba akhir-akhir ini saya lebih sering berpikir mengenai hidup. Mengenai saya dan orang-orang di sekeliling saya. Teman-teman saya mengajarkan banyak hal kepada saya, pun begitu orang-orang yang tidak saya kenal sebelumnya. Hari ini, Sabtu, 13 April 2013, saya menyelesaikan satu buku yang (lagi-lagi) mampu memaksa saya untuk meneteskan air mata saat membacanya. Bagian yang paling membuat air mata mengalir adalah saat penulis mengisahkan bagaimana perasaannya ketika tawaf wada’ di Ka’bah. Dari situ saya berpikir, dan otomatis berdoa, semoga saat saya diberikan rejeki untuk ke tanah suci besok, saya diberangkatkan pada waktu dan bersama orang terbaik.
            Pemikiran saya tidak berhenti sampai di situ. Seorang sahabat mengirimkan pesan pendek pada saya. Beliau berkata (yang sangat saya anggap doa), “Harus berjuang terus, biar sukses seperti kamuuu.” Saya benar-benar hanya bisa meng-Aamiin-i apa yang sahabat saya katakan. Dari situ, pikiran saya lagi-lagi melayang. Bagaimana bisa, saya yang seperti ini, bahkan berdiri dengan kaki sendiri saja belum bisa, dianggap sukses?? Di lihat dari sisi mana?? Tapi ya sudahlah, anggap saja itu sebagai doa. Terima kasih dude. :D Dan tentu saja saya diingatkan untuk bersyukur oleh Allah lewat ucapan sahabat saya tersebut. Karena semakin kita bersyukur, maka akan semakin besar nikmat dan karunia-Nya.
            Sungguh kata-kata memang bisa sangat mempengaruhi saya. Mungkin saya memang bukan seorang yang pintar berkata-kata. Dilahirkan dan dibesarkan sebagai salah satu bagian dari Asia memang membuat saya bertumbuh seperti layaknya orang Asia lainnya. Tidak terbiasa menyampaikan ide-ide. Cenderung lebih nyaman menuliskan kata daripada mengucap kata. Ya, mungkin tidak semua orang Asia seperti itu. But, Asian is in my blood. So, I would rather be silent than speak too much. Itulah mungkin yang membuat saya sulit tertebak. Namun, terkadang itu mengasikkan saat saya memang sedang butuh memendam sesuatu. Orang-orang seperti saya akan cenderung lebih pandai menyimpan rasa apapun.
            Kembali ke konteks awal, mungkin saya termasuk salah satu pemuja kata yang seringkali menuntun saya pada sebuah pemikiran. Saya tidak mudah melupakan apa yang orang-orang sampaikan ke saya, termasuk janji yang pasti akan selalu saya ingat jika belum tertunai. Kata-kata memang refleksi hati, bahkan refleksi diri. Jadi, berhati-hatilah dalam berkata-kata. Berhati-hatilah dalam mengucap janji. Terutama pada pengingat seperti saya. Bukan apa-apa, tapi saat kita berusaha untuk menepati janji kita, pasti kita juga akan berharap orang-orang menepati janjinya pada kita. See?? So do I. Dari situ saya belajar untuk memahami bahwa tidak semua yang kita inginkan akan berjalan sesuai keinginan kita. Ada banyak factor dalam hidup ini yang seringkali membuat kita berpikir adanya ketidakseimbangan dalam take and give dalam hidup  kita. Tapi, bukankan dari situlah Allah mengajari kita ilmu ikhlas??
            Mari saya tunjukkan kenapa akhir-akhir ini saya menjadi lebih sering berpikir mengenai hidup, bahkan saat saya menggosok gigi malam tadi, saya menghabiskan waktu lebih lama karena saya pun berpikir saat itu (yang ini memang saya merasa nyaman berpikir saat menggosok gigi). :D Pemikiran saya tentang hidup selalu bermula dari kata-kata, entah itu yang terucap dari mulut teman atau sahabat saya, maupun kata-kata yang teruntai dalam lembaran-lembaran buku yang saya baca. Kata per kata yang saya baca atau dengar, sedikit banyak akan melekat dalam pikiran saya.
            Saya teringat beberapa malam yang lalu, saat saya mengingatkan seorang teman yang jam biologisnya kacau. Selalu tidur setelah lewat dini hari. Di saat itu pula saya seperti mengeluarkan kata-kata untuk diri sendiri saat teman saya balik bertanya apakah jam biologis saya tidak kacau. Dia mengingatkan saya bagaimana kebiasaan saya bangun tengah malam setelah hanya tidur 2-3 jam dan akan bertahan sampai pagi. Saat teman saya tersebut bertanya apakah yang saya biasa lakukan saat bangun di tengah malam tersebut, jujur saya sedikit terhenyak. Dan saya berpikir. Apa yang benar-benar saya lakukan di malam-malam saya biasanya. Ya, saya menjawab dengan gurauan bahwa saya biasanya membaca, nonton TV, atau online (ini benar adanya) saat saya bangun di tengah malam yang sunyi. Tapi memang tidak jarang pula saya bangun untuk menyelesaikan tugas ataupun belajar untuk ujian.
            Obrolan itu sedikit banyak mengantarkan saya pada pemikiran, sudahkah saya melakukan hal yang benar saat saya dengan sukarela mengorbankan jam tidur saya yang seharusnya sangat menyenangkan itu? Seorang Ustadz berkata bahwa malam yang panjangnya 12 jam memiliki 3 bagian. Pada 4 jam pertama (18.00-22.00) adalah waktu untuk belajar sebanyak-banyaknya, 4 jam kedua (22.00-02.00) adalah waktu untuk memenuhi hak istirahat tubuh, dan 4 jam ketiga (02.00-06.00) adalah waktu untuk hak untuk beribadah. Saya mengingat kembali. Biasanya saya terbangun di jam-jam 12.00 atau 01.00 tengah malam dan itu masih di 4 jam yang kedua. Saat di mana seharusnya saya masih terlelap. Tapi tidak bisa, jujur. Ya, saya menyerah, sepertinya jam biologis saya perlu diperbaiki.
            Dan alih-alih melakukan hal yang tidak bermanfaat di malam-malam saya, kini saya bisa sedikit lebih produktif dengan memanfaatkan segarnya otak saya di waktu malam untuk menyelesaikan sesuatu atau untuk sekedar menimbang baik buruknya sesuatu yang akan, sedang, ataupun telah saya lakukan. Termasuk menimbang bagaimana interaksi saya dengan orang-orang di sekeliling saya. Mungkin saya memang belum bisa menjadi teman, sahabat, atau sekedar classmate yang baik. Tapi, dari pemikiran-pemikiran saya di setiap malam, saya terus berusaha untuk memperbaiki diri. Saya akan berusaha untuk lebih ikhlas dalam setiap ucapan maaf yang saya lontarkan serta lebih ikhlas dalam setiap keputusan memaafkan yang saya lakukan. Allah saja Maha Pengampun, lalu siapa saya hingga berani untuk tidak memaafkan setiap salah? Padahal saya sendiri masih bergelimang kesalahan.
*pemikiran (lagi-lagi) di tengah malam yang sunyi, sepi, sendiri. :D

Senin, 08 April 2013

Who is friend??

Apakah jawabanmu ketika kamu ditanya apakah arti teman bagimu?? Apakah teman itu hanya sekadar orang-orang yang bisa menemanimu jalan? Menemanimu makan? Duduk di sampingmu? Atau bahkan hanya sekadar orang yang bisa kamu manfaatkan? Kalau memang itu jawabanmu, mohon tinjau ulang teman seperti apakah dirimu.
Bagiku, jika hidupku adalah semesta, maka teman adalah bintang-bintangnya. Mereka yang menghiasi semestaku. Teman bukanlah sekadar orang-orang yang ada saat kita bahagia. Namun, teman sejati adalah orang-orang yang justru selalu ada di samping kita di saat terkelam kita. Teman bukan juga hanya tempat berkeluh kesah. Temanku adalah representasi pertemananku..
Lalu, siapakah yang bisa kita sebut sebagai teman? Diakah yang selalu ada di samping kita ataukah dia yang tahu di mana ia harus berdiri untuk kita? Seorang teman tidak hanya akan menyanjung-nyanjung kita. Teman justru akan berkata tajam kepada kita saat kita salah, tidak menutupi kesalahan kita demi senyum kita. Teman sejati akan membiarkan kita menangis kecewa alih-alih tersenyum takabur saat kita melakukan hal yang buruk. Teman tidak hanya akan memeluk kita saat kita menangis, tapi justru mendekap kita erat saat kita tertawa. Karena saat bahagia adalah saat-saat yang justru dapat melalaikan kita. Teman akan selalu ada untuk mendekap kita agar tak lalai akan keadaan.
"Seorang teman sejati akan membuatmu hangat dengan kehadirannya, mempercayai akan rahasianya dan mengingatmu dalam doa-doanya."
Sudahkah kamu menyebut nama teman-temanmu di tiap sujud-sujud panjangmu?? Ingatlah, bahwa kesuksesanmu, keberhasilanmu, kebahagiaanmu, tidak hanya bersumber dari usahamu, doamu, doa kedua orang tuamu, tapi mungkin juga doa teman-temanmu yang selalu menyebut namamu di setiap sujud panjang mereka. Di setiap malam mereka.
Bertemanlah dengan orang-orang yang baik maka kamu pun akan menjadi baik.. Janganlah berteman dengan orang-orang yang justru akan lari lebih cepat saat kalian bersama-sama menghadapi bahaya..

Teruntuk teman-temanku, sahabbat-sahabatku, bintang-bintangku..
Terima kasih atas setiap senyum yang terukir, setiap jabat yang menguatkan, setiap peluk yang menghangatkan, setiap kata yang menenangkan.

Bukan (lagi) tentang bagaimana bisa, tapi bagaimana mau

Tunjuk satu bintang dan BERMIMPILAH.. Karena setiap keberhasilan dan kesuksesan berawal dari mimpi, yang awalnya bisa jadi tidak mungkin terwujud.. Tapi kuasa Allah sangatlah besar.


Pasti kita sering mendengar ataupun membaca kisah-kisah inspiratif dari tokoh-tokoh sukses yang kita kenal di tv maupun media lainnya. Lantas, setelah mengetahui kisah-kisah tersebut, apa yang terlintas di benak kita? Ingin seperti mereka, berusaha menjadi seperti mereka, atau hanya sekadar bergumam "Ya jelaslah mereka sukses, akses untuk suksesnya besar sekali." Emm, mungkin kita perlu berpikir ulang jika jawabannya adalah yang terakhir. Jangan sampai kita menganggap kisah-kisah sukses tersebut hanya sebatas kisah yang diceritakan dengan sedikit bumbu-bumbu haru. 
Setiap kisah inspiratif yang kita temui, pasti berasal dari orang-orang hebat yang mau memperjuangkan setiap cita-cita dan mimpinya. Orang-orang tersebut tidak hanya berani bermimpi, tapi juga berani mewujudkannya. Tidak hanya talk less do more, tapi juga walk the talk. Mimpi mereka tidak berbatas, oleh langit sekalipun. Mereka mengusahakan mimpi agar dapat menembus langit, meraihnya, dan membawanya turun untuk dibagikan kisahnya pada kita, orang-orang awam yang terkadang terlalu naif untuk mengakui keberhasilan orang-orang tersebut.
Memang kita tidak harus menjadi seperti mereka, tapi kita bisa belajar banyak dari jalan hidup mereka. Belajar dari pengalaman boleh jadi bersumber dari pengalaman orang lain, bukan hanya dari pengalaman kita sendiri. Kita dapat mengambil sari pati dari setiap kisah keberhasilan yang kita dengar, baca, maupun lihat. Setiap kisah itu pasti ada rintangan-rintangan, mulai dari yang sepele hingga yang membuatnya seperti tidak mungkin dilewati. Tapi, justru dengan rintangan-rintangan tersebutlah keberhasilan dapat direngkuh.
Dalam setip perjalanan yang harus kita lalui dalam hidup, tidak melulu tentang bagaimana kita dapat melalui setiap rintangan, namun seringkali tentang bagaimana kita mau melewati rintangan-rintangan tersebut. Tak ubahnya seperti permainan outbond yang seru, rintangan-rintangan dalam hidup juga dapat kita lalui dengan baik jika kita mau sedikit melangkah dan bekerja keras untuk melaluinya.
Ingatkah dengan pepatah yang menyatakan bahwa tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini? Karena memang tidak ada yang tidak mungkin selama kita mau sedikit out of the box, mau sedikit meninggalkan zona nyaman, sedikit bekerja keras, dan mungkin sedikit berkorban. Karena memang tak ada keberhasilan tanpa sedikit pun pengorbanan.
"Manisnya hidup akan terasa setelah lelah berjuang" (Imam Syafi'i) bukan??
Maka berlarilah, melompatlah, berjuanglah..
Semoga Allah selalu mengiringi langkah kita..
Memudahkan, memampukan, dan melapangkan :D