Kamis, 19 Juli 2012

Antara Keguruan dan Sains Murni


Seringkali kita temui adanya pendapat yang menyatakan bahwa belajar sains murni misalnya matematika, kimia, fisika, maupun biologi pada Fakultas MIPA memiliki masa depan pekerjaan yang lebih buruk daripada belajar ilmu pendidikan matematika, misalnya, pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Hal itu mungkin didasarkan oleh kondisi di Indonesia sendiri. Seperti yang kita ketahui, selama ini peneliti di Indonesia kurang begitu mendapat perhatian jika dibandingkan dengan peneliti-peneliti di Negara lain.
                Seorang ekolog misalnya, di Indonesia profesi tersebut masih kalah tenar jika dibandingkan dengan dokter, dosen, pengusaha, atau bahkan juga guru. Padahal, dengan kekayaan alam Indonesia yang begitu berlimpah, kita memerlukan ekolog-ekolog yang dapat membantu menjaga kelestarian lingkungan alam Indonesia agar tidak semakin rusak. Apadaya, masyarakat Indonesia selama ini masih sangat kurang menghargai peneliti-peneliti yang dengan gigih berusaha menciptakan terobosan-terobosan baru di berbagai bidang. Oleh karena itu, setiap mahasiswa jurusan matematika, kimia, fisika, biologi, dan ilmu alam lainnya pasti akan ditanya di mana jurusan tersebut bisa mengantarkannya ke suatu profesi yang bergengsi.
                Bandingkan dengan mahasiswa-mahasiswa yang belajar di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Secara awam sudah dapat diketahui bahwa mereka nantinya akan menjadi guru. Apalagi sekarang ini guru sudah mendapatkan kelayakan jaminan kehidupan yang lebih tinggi. Adanya kanaikan anggaran pendidikan sebesar 20% pada APBN juga berimbas pada peningkatan kesejahteraan guru. Maka dari itu, memang tidak dapat disalahkan bilamana sama-sama belajar biologi, misalnya, seseorang akan lebih memilih belajar pendidikan biologi daripada biologi murni. Bahkan tidak sedikit pula lulusan FMIPA, seorang sarjana Sains yang mengambil akta IV agar mendapatkan izin untuk mengajar.
                Adakah di antara kita yang pernah mengalami suatu dilema mengenai pilihan antara keguruan dan sains murni? Misalnya, seorang calon mahasiswa diterima di dua perguruan tinggi yang berbeda dengan dua jurusan yang sama. Perguruan tinggi yang pertama menerimanya di FKIP sedangkan perguruan tinggi yang kedua, yang notabene memiliki reputasi dan kualitas yang lebih baik daripada PT yang pertama, menerimanya di FMIPA, dengan studi yang sama. Calon mahasiswa tersebut pastinya tidak mudah untuk menentukan pilihan meskipun kualitas PT kedua jauh di atas PT pertama. Calon mahasiswa tersebut pastinya akan memikirkan sampai jauh ke depan, memikirkan peluang-peluang yang bisa didapatkan setelah lulus, membandingkan kesempatan yang lebih besar untuk bekerja nantinya, dan sebagainya. Jalan mana yang akhirnya di pilih, tidak hanya bergantung dari nama besar PT kedua melainkan pada pertimbangan-pertimbangan jauh ke depan.
                Tidak pernah rasanya kita mendengar anak kecil menjawab matematikawan, kimiawan, fisikawan, ataupun biolog saat ditanya apa cita-citanya kelak. Mereka akan lebih memilih dokter, pilot, guru, ataupun yang lain, profesi-profesi yang selama ini memang lebih keren di telinga. Masyarakat Indonesia memang lebih familiar dengan ilmu-ilmu terapan seperti kedokteran, pertanian, teknologi pangan, maupun teknik dibandingkan dengan ilmu-ilmu dasar di mana semua ilmu terapan tersebut berakar. Mungkin hal itulah yang menjadikan perkembangan Indonesia di bidang penelitian yang masih kurang dibandingkan dengan negara-negara lainnya.
Banyak sekali kita dengar adanya penemuan spesies hewan maupun tumbuhan baru di Indonesia. Tetapi, apakah kita pernah tahu bahwa sebagian besar penemuan itu justru lahir dari peneliti non-Indonesia? Yah, mungkin sekarang ini sudah saatnya kita mulai berbenah. Mulai membenahi rasa cinta kita kepada Indonesia, rasa kepemilikan kita terhadap alam Indonesia, dan rasa penasaran kita untuk melakukan penelitian dasar untuk menunjang ilmu-ilmu terapan lainnya. Mari mulai kita tingkatkan penghargaan kita pada peneliti-peneliti Indonesia agar beliau-beliau tidak memilih untuk mengabdi di negeri orang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar